Perbandingan Sistem Cerdas Pada Tiga Negara di Asia
Smart
Airport di Indonesia
Kini
ada yang baru di Terminal 2 Bandara
Soekarno-Hatta melalui kehadiran sosok robot imut berwarna
putih untuk melayani pengguna jasa.
Robot
pintar tersebut bernama DILO yang baru aktif beroperasi pada Airport Digital
Lounge Terminal 2 Bandara
Soekarno-Hatta dan rencananya akan dihadirkan pula di Terminal
3 Bandara
Soekarno-Hatta.
Menurut
Direktur Utama PT Angkasa
Pura II, Muhammad Awaluddin, DILO memiliki fitur multimedia seperti
musik, video, dokumen dan lainnya melalui layae sentuh pada robot atau
proyektor.
"Untuk
menggerakkan fisik robot, pengoperasian DILO secara remote melalu aplikasi
Q-link. Robot pintar ini juga dapat
menari dengan diiringi musik, serta dapat bergerak ke segala arah dan dapat
menghindari rintangan kecuali kaca," ujar Awaluddin dalam keterangan
resminya, Jumat (24/8/2018).
Dirinya
melanjutkan, untuk mengatur konten dan pengaturan robot, dapat dilakukan
melalui Multi Platform System (MPS).
Rencana
kedepan, DILO akan diisi konten tentang bandar udara yang dikelola PT Angkasa
Pura II dan Asian Games 2018 serta integrasi chatbot (aplikasi
TASYA) ke dalam robot.
"Airport
Digital Lounge dan robot DILO merupakan pusat layanan terintegrasi dari Angkasa
Pura II yang memadukan kemudahan layanan informasi bandara dengan teknologi
digital terkini (state of the art technology)," kata Awaluddin.
Rencananya,
lanjut Awaluddin, seluruh cabang Angkasa Pura II akan dilengkapi Airport
Digital Lounge serta DILO pada tiap bandaranya.
Senior
Manager Branch Communication and Legal, Febri Toga Simatupang mengatakan, DILO
juga dapat membantu penumpang dalam self check-in, mencark coworking space,
digital wayfinding, reservasi perjalanan atau akomodasi.
"Iya
DILO ini bisa untuk sebagai informasi flight dan membantu pemesanan
penerbangan. Nanti di akan ada petugas yang membantu pengoperasian di Airport
Digital Lounge," kata Febri kepada TribunJakarta.com.
Dirinya
pun melanjutkan, DILO juga dapa memberikan informasi seputar bandara, seperti
lokask toilet, tingkat kebersihan, dan informasi lainnya yang dibutuhkan
penumpang.
Smart Airport di Singapore
Di
Changi airport Singapura, penumpang pesawat tidak sekedar mau bepergian atau
mendarat. Baik saat transit, stop over atau mau terbang, orang
meluangkan waktu untuk plesir di sekitar bandara Changi. Beragam obyek
wisata disediakan di kawasan bandara Changi. Sarana dan fasilitas
wisata itu butuh pekerja.
Orang-orang
tidak menumpuk di satu area meski bandara Changi dipadati lebih 62,2 juta pada
tahun 2017 dan diperkirakan menjadi 85 juta pada tahun 2020.
Seusai
melakukan check ini di mesin baik untuk urusan boardingpass,
bagasi, dan urusan imigrsi yang waktunya hanya 10 menit, orang-orang
memanfaatkan waktu untuk melancong di bandara Changi.
Bandara
Changi memiliki 4 terminal dengan 65 unit FAST (Fast and Seamless
Travel) Check merupakan cara yang otomatis melayani para penumpang yang hendak
memproses check in dan boarding ke pesawat. Calon penumpang
tidak lagi berhadapan dengan manusia.
Mesin
akan mensensor paspor penumpang dan dengan scanner, data calon
penumpang akan dicocokkan dengan wajah yang difoto dengan
menggunakan teknologi facial recognition.
Jika
data foto cocok dengan data dari paspor, maka mesin akan mencetak boarding
pass penumpang dan pita penanda bagasi milik penumpang. Bagasi dapat
dibawa ke kios penerimaan secara otomatis.
Smart Airport di Jepang
Penggunaan
tenaga robot untuk berbagai tugas yang sebelumnya dilakukan oleh manusia
bukanlah sesuatu hal yang baru. Bahkan kini robot pun dapat pula digunakan
sebagai sosok penerima tamu. Hal inilah yang dilakukan oleh negara Jepang untuk
menyambut kedatangan para turis di Bandara Internasional Haneda Tokyo.
Di
bandara ini, pemerintah Jepang menempatkan robot humanoid NAO yang bertugas
untuk menyambut kedatangan para traveler. Unik memang. Terlebih lagi robot ini
juga mempunyai kemampuan berbicara dalam tiga bahasa, yakni bahasa Jepang,
Inggris dan terakhir adalah bahasa Mandarin. Namun kemampuan menjawab
pertanyaan dari robot NAO ini masih sangat terbatas. Seperti dikutip dari
Mashable, robot NAO ini hanya mampu menjawat tujuh jenis pertanyaan.
Robot
ini pun didesain mampu melakukan gerakan yang menggemaskan untuk memberi
pengumuman kepada para penumpang. Terlebih pengumuman terkait waktu boarding
dan cek keamanan.
Dari tiga bahasa yang dikuasainya, robot NAO ini mempunyai kecakapan lebih dalam berbicara bahasa Jepang. Dan tujuh pertanyaan yang bisa dijawab oleh robot setinggi 60 sentimeter ini antara lain adalah terkait waktu boarding hingga kondisi cuaca di destinasi perjalanan.
Dari tiga bahasa yang dikuasainya, robot NAO ini mempunyai kecakapan lebih dalam berbicara bahasa Jepang. Dan tujuh pertanyaan yang bisa dijawab oleh robot setinggi 60 sentimeter ini antara lain adalah terkait waktu boarding hingga kondisi cuaca di destinasi perjalanan.
Kesimpulan
Jika dilihat Indonesia masih tertinggal jauh mengenai teknologi dibandingkan beberapa negara maju, penulis harap pemerintah dapat memberikan support dan apresiasi terhadap para developer atau pengembang dari Kecerdasan Buatan yang ada di Indonesia. Semoga Indonesia dapat mengejar ketertinggalannya dari negara-negara lain dalam pengembangan teknologi utamanya Kecerdasan Buatan.
Sumber :
www.beritateknologi.com
sulteng.antaranews.com
jakarta.tribunnews.com